Sabtu, 31 Mei 2008

Abu Hurairah R.A.

Abu Hurairah R.A.
Alumnus Shuffah Penghafal Lebih Dari 1600 Hadits Nabi


Dilahirkan di negeri Yaman, yatim semasa kecilnya, tidak berkerabat kecuali ibunya, Abdu Syams (hamba matahari) nama semasa Jahiliyah, Abdurrahman bin Shakhr Ad-Dusi nama setelah taslim (masuk Islam) di hadapan Thufail bin Amru Ad-Dusi, Shuffah nama almamaternya.

Itulah Abu Hurairah RA, sosok yang akan kita perbincangkan pada “Tokoh Islam” kali ini.
Abu Hurairah, demikian nama itu biasa dikenal, sejatinya Rasulullah menamainya Abdurrahman, tetapi beliau seringkali memanggilnya dengan, "Abu Hirr" sebagai panggilan intim. Mengapa lalu dipanggilnya dengan Abu Hurairah (Bapak kucing kecil) ? Hal itu mengingat pada masa kanak-kanak, ia mempunyai seekor kucing kecil sebagai teman main, sehingga teman-temannya memanggilnya dengan Abu Hurairah.

Pada tahun-tahun pertama setelah memeluk Islam ia masih tetap tinggal di Yaman, di tengah-tengah kaumnya, namun akhirnya berpindah ke Madinah. Sesampainya di Madinah, Abu Hurairah mencurahkan waktunya untuk menemani dan melayani Nabi saw. Dia mengajak ibunya untuk masuk Islam sembari memintakan doanya kepada Rasul dan akhirnya doanya terkabul ibu Abu Hurairah masuk Islam. Selama itu Abu Hurairah tetap berbakti kepadanya.

Abu Hurairah menetap di Suffah (suatu tempat di Mesjid Nabi yang dikhususkan untuk para sahabat yang tidak berpunya) dan selalu menyertai Rasul di mana saja beliau berada. Hal itu membuatnya hafal hadis dalam jumlah yang sangat banyak. Apalagi setelah Rasul mendoakan agar dia tidak melupakan ilmu yang pernah dia peroleh.

Penghafal lebih dari 1600 hadis Nabi. Ini pernah mengatakan, "Saya menghafal pada saat kaum Muhajirin sibuk berdagang dan kaum Anshar sibuk bercocok tanam."

Dia itu pecinta berat ilmu pengetahuan, sampai pernah pada suatu saat dia pergi ke pasar di Madinah dan mengatakan kepada yang hadir, "Kalian semua duduk saja di sini, sedang warisan Rasul sedang dibagi-bagi di Mesjid." Mendengar itu semua orang pergi ke Mesjid. Setelah sampai, ternyata tidak menjumpai kecuali orang-orang yang sedang salat, membaca kitab suci Alquran dan mengkaji ilmu pengetahuan. Mereka semua heran terhadap Abu Hurairah. Dia lalu mengatakan, "Itulah warisan Nabi Muhammad saw."

Ketika pada suatu masa dimana taraf kehidupan di kota Madinah meningkat akibat banyaknya harta rampasan, keadaan Abu Hurairah ikut berubah. Dia mempunyai rumah, istri dan anak. Tetapi itu semua tidak merubah sifat rendah hati, kesenangannya terhadap ilmu, rajin beribadah, sungguh dan taat.

Ketika pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abi Sofyan r.a. Abu Hurairah dijadikan gubernur Madinah. Tetapi itu pun tidak merubah ketakwaan dan kehati-hatiannya dalam menghindaarkan diri dari dosa. Dia selalu puasa di siang hari dan melakukan salat pada malamnya.

Kata-kata Abu Hurairah yang sering disenandungkan adalah, "Saya tumbuh dan berkembang dalam keadaan yatim, hijrah dalam keadaan miskin, pernah bekerja pada Bisrah binti Ghazwan dengan bayaran sekadar pengisi perutku. Saya melayani orang apabila turun dari kendaraan dan membantu mengangkat badannya sewaktu naik. Lalu Allah berkenan mengawinkannya (Bisrah bint Ghazwan) denganku. Segala puji bagi Allah yang membuat agama tegak dan membuat Abu Hurairah menjadi pemimpin".

Tidak ada komentar: