Sabtu, 31 Mei 2008

Jakfar bin Abu Thalib

Jakfar bin Abu Thalib
Bapak Orang Miskin dan Assabiqunal Awwalin


Pernahkah anda menyaksikan Film “The Message”, karya besar Sutradara legendaris MUSTAFA AKAD, ketika dia bagaimana mengilustrasikan peran tokoh yang hendak kita perbincangkan dalam tulisan ini ?


Namun apa yang dipaparkan dalam tarikh Islam akan jauh lebih hebat dari sekedar apa yang ada dalam tayangan film tersebut.


Adalah Jakfar bin Abu Talib bin Abdul Mutalib, nama lengkapnya, "Bapak Orang Miskin" julukannya, karena sikap santun, mahabbah, tawadlu’, dan sikap ruhamanya serta kebaikannya kepada kaum dluafa fakir miskin. Ia-lah anak paman Rasulullah dan ia-lah salah satu sahabat yang masuk dalam barisan Assabiqunal awalin (kelompok pertama yang taslim).


Hijrah ke Habsyah


Jakfar bin Abu Talib bersama istrinya Asma binti Umais termasuk orang yang mendapat cobaan paling berat dari kaum musyrikin, sehingga Rasulullah saw. memberi restu kepada mereka untuk ikut emigrasi ke negeri Habsyah (Eriteria) menemui raja negus bersama rombongan emigran muslimin.

Ketika kaum quraisy mengutus Amru bin Ash (sebelum masuk Islam) dan Abdullah bin Abu Rabiah untuk menyampaikan hadiah kepada para tokoh agama di daerah tersebut agar mereka mengembalikan para emigram muslim yang datang ke negeri itu, terlihatlah peranan lobby yang dilakukan Jakfar terhadap Negus. Umu Salamh, selaku salah seorang peserta emigrasi, melukiskan hal tersebut lewat ucapannya, "... Negus mengrim utusan memanggil kami untuk menemui beliau, kami pun mengadakan rapat terlebih dahulu sebelum berangkat menemui beliau. Kami mendengar sebuah selentingan, 'Sang Negus bakal menanyakan kepada kalian tentang agama kalian, oleh sebab itu sampaikanlah dengan tegas apa hakikat iman kalian. Sebaiknya Jakfar sendirilah yang bertindak sebagai juru bicara, tidak ada orang lain yang boleh angkat bicara selain dia."

Dia meneruskan, "Kemudian kami berangkat menemui Negus, ternyata beliau sudah memanggil tokoh agama, mereka duduk di samping kanan dan kirinya berpakaian jubah lengkap dengan topi kebesaran, mereka semua sama-sama memegang buku, malah kami melihat Amru bin Ash dan Abdullah bin Abu Rabiah pun ada bersama mereka. Setelah kami duduk dengan tenang, Negus melihat kepada kami dan mengatakan, 'Agama apa gerangan yang kamu buat sendiri untuk diri kamu, yang mengakibatkan kamu meninggalkan agama warga kamu, kamu tidak masuk memeluk agama saya atau agama lain?'. Jakfar bin Abu Talib pun langsung maju dan menjawab, 'Wahai Sang Raja! Dulu, kami adalah warga jahiliah, kami menyembah berhala, makan bangkai, melakukan maksiat yang paling durjana, kami saling memutuskan silaturahmi, suka mengganggu tatangga, malah orang kuat di antara kami memakan orang lemah. Demikianlah keadaan kami sampai datang kepada kami seorang rasul yang kami tahu persis keturunan, kejujuran, kepercayaan dan kezuhudannya.

Dia mengajak kami untuk mengesakan dan menyembah Allah serta meninggalkan semua sesembahan kami dan orang tua kami sebelumnya seperti batu atau pun berhala. Dia juga menyuruh kami untuk berkata jujur, menunaikan amanat, menghubungkan silaturahmi, berbuat baik dengan tetangga, meninggalkan semua perbuatan tercela dan menumpahkan darah. Di samping itu beliau juga melarang kami berbuat perbuatan yang keji, sumpah palsu, makan harta anak yatim, menuduh orang baik berbuat curang. Beliau menyuruh kami untuk menyembah Allah semata tanpa menyekutuhan apapun dengan-Nya, melaksanakan salat, membayar zakat dan puasa pada bulan Ramadan, lalu kami menerima ajakannya lalu beriman kepadanya serta kami ikuti semua ajaran yang dibawanya dari Allah, sehingga kami mengharamkan apa yang diharamkan Allah kepada kami dan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah kepada kami.
Wahai Sang raja! Oleh karena inilah maka kaum kami memusuhi dan menyiksa kami dengan sekeras-kerasnya dengan harapan agar kami dapat tertipu dan kembali menyembah berhala. Setelah nereka melalimi, memaksa, mendesak dan menghalangi kami melaksanakan ajaran agama kami, kami datang ke negaramu. Kami memilih negara kamu ini dari negara-negara lain dan kami ingin untuk hidup berdampingan dengan kamu dengan harapan semoga kami tidak akan dilalimi di samping mu.'

Mendengar itu, negus memperhatikan Jakfar bin Abu Talib r.a. lalu mengatakan, 'Apakah engkau membawa sesuatu yang dibawa oleh Nabi kamu dari Allah?'

Jakfar menjawab, 'Ya, ada.' Lalu dia meminta bacakan kepada Ali, Ali pun membacakan Surat Maryam ayat 14, sampai selesai bagian depan dari surah tersebut.

Umu Salamah meneruskan ceritanya, 'Setalah mendengarkan kalam Ilahy tersebut, Negus langsung menyucurkan air mata, sehingga semua jenggotnya basah, demikian juga para tokoh agama yang ada di sampingnya pada menangis, sehingga buku mereka pada basah.' Ketika itu, Negus mengatakan kepada kami, 'Ajaran yang dibawa oleh Nabi kamu ini dan yang dibawa oleh Isa a.s. berasal dari satu obor.' Kemudian beliau menghadap kepada Amru bin Ash dan temannya, sambil berkata, 'Pergilah kalian, Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian untuk selama-lamanya.'"


Amru berusaha memisah antara kami dengan Negus, Jakfar menepasnya


Ummu Salamah mengatakan, "Setelah kami keluar dari istana Negus, Amru bin Ash mengecam kami dan mengatakan kepada temannya, 'Sungguh, besok hari saya akan menjumpai Negus dan menceritakan kepdanya tentang orang-orang ini dan membuat hatinya benci kepada mereka. Saya akan berusaha meyakinkannya untuk bersedia menumpas mereka dari akar-akar-nya.'

Abdullah bin Abu Rabiah menjawab, 'Hai Amru! Jangan lakukan, mereka itu masih keluarga kita, walaupun mereka berbeda pendapat dengan kita.' Amur menjawab, 'Lupakan hubungan itu! Sungguh saya akan katakan kepada beliau, sehingga mereka merasa guncang. Sungguh besok akan saya katakan kepada beliau, karena mereka berkeyakinan bahwa Isa a.s. adalah hamba Allah.' Keesokan harinya Amru bin Ash mendatangni sang Negus dan mengatakan kepadanya, 'Hai Sang Raja! Sungguh orang yang telah engkau ampu dan lindungi itu, mempunyai persepsi yang cukup berat terhadap Isa. Tuan panggillah mereka dan tanyakan langsung pada mereka bagaimana keyakinan mereka tentang Isa.'"

Ummu Salamah meneruskan, "Setelah kami mendengar berita itu, kami merasa gerah dan kebingungan yang belum pernah kami rasakan sebelumnya. Kami bicara antara sesama kami, 'Apa persepsi kita tentang Isa, bila ditanya oleh sang raja?'

Kami sepakat untuk tidak mengatakan sesuatu pendapat kecuali seperti yang dikatakan oleh Allah, kami tidak akan melencengkan pembicaraan sedikitpun dari apa yang dikatakan oleh Rasulullah, apa pun yang akan terjadi. Kami juga sepakat menunjuk Jakfar bin Abu Talib sebagai juru bicara kami.

Ketika kami dipanggil oleh Negus, kami mendatangi beliau dan kami lihat para tokoh agama talah berada di samping beliau dalam keadaan rapi seperti sebelumnya. Amru bin Ash dan temannya juga ada bersama beliau. Ketika kami lewat di hadapan beliau, beliau langsung menanyakan kepada kami, 'Bagaimana persepsi kamu tentang Isa bin Maryam?'
Jakfar bin Abu Talib langsung menjawabnya, 'Kami akan mengatakan sesuai dengan yang disampaikan oleh Nabi saw.' Negus menanyakan, 'Apa kata Nabi tentang dia?' Jakfar menjawab, 'Beliau mengatakan bahwa dia adalah seorang hamba dan rasulullah, dia adalah rokh dan kalimat-Nya yang ditiupkan kepada Maryam, sang perawan.' Ketika mendengar jawaban itu, Negus langsung memukul lantai dan mengatakan, 'Demi Allah, Putra Maryam tidak lebih dari apa yang disampaikan oleh Nabi kamu.' Kemudian sang raja menoleh kepada kami dan mengatakan, 'Pergilah! Kalian semua aman di negeriku ini. Siapa yang memaki kamu, akan kena denda, siapa yang melanggar hak kamu, akan mendapat sanksi. Demi Allah, saya tidak berkeinginan untuk mendapatkan sebuah gunung yang terbuat dari emas untuk menyakiti kalian.' Kemudian beliau menoleh kepada Amru dan temannya dan mengatakan, 'Kembalikan hadiah yang telah diberikan oleh kedua orang ini, saya tidak menginginkannya.'"

Ummu Salamah meneruskan ceritanya, "Amru bin Ash dan temannya pun keluar dengan muka masam dan hina, sedangkan kami tinggal di negeri Negus dengan baik dan terhormat."
Jakfar meninggalkan negeri Habsyah bersama rombongannya menuju Madinah pada tahun ke tujuh hijrah, setelah Rasulullah saw. kembali dari perang Khaibar dan berhasil menaklukkannya. Rasulullah saw. sangat gembira menerima kedatangan mereka itu.


Dipanggil Allah


Jakfar bin Abu Talib r.a. dipanggil Allah ketika berkecamuknya perang Muktah sebagai suhada bersama Zaid bin Harisah dan Abdullah bin Rawahan, semoga Allah meridloi mereka. Rasulullah sangat bersedih atas peristiwa tersebut.

Tidak ada komentar: